web analytics
Connect with us

Ekspresi

Resensi Buku: Aku Menjadi Pelacur

Published

on

Oleh: Crisvian Destanti 

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta 2018

Karya : Muhidin M. Dahlan

Tahun Terbit : Edisi 2016

Nidah Kirani adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, dalam kesehariannya, ia adalah seorang yang taat beragama, ia tak pernah meninggalkan sholat dan amalan-amalan yang lain, ia selalu menggunakan pakaian yang tertutup, berjubah dan memakai jilbab berukuran besar. Sebagai seorang muslimah yang taat, ia aktif dalam forum keislaman mahasiswa di kampusnya. Ia benar-benar bersemangat untuk menekuni ilmu agamanya, ia taat, rajin dalam mengikuti kajian-kajian Islam.

Pada suatu ketika, ia berkenalan dengan mas Dhairi, perkenalan inilah yang menjadi awal perubaha besar dalam hidupnya. Mas Dhairi mengajak Nidah Kirani untuk mengikuti jamaah atau organisasi yang diikutinya. Tanpa pikir panjang, Nidah Kirani mau mengikuti organisasi tersebut.

Ia bergabung dengan organisasi yang diikuti juga oleh Mas Dhairi, ia taat dalam menjalankan agama sesuai syariat yang diajarkan, semangatnya begitu menggebu-gebu dalam menegakkan islam. Waktu berjalan, ia merasa aneh dengan organisasi tersebut, ada banyak hal yang di tutup-tutupi, ia mulai mendapatkan pemahaman-pemahaman bahwa islah di Indonesia tidak murni, bahwa organisasi mereka akan membuat negara Islam khusus untuk orang muslim di Indonesia. Keraguan dalam diri Nidah Kirani semakin bertambah, selain itu, mereka juga menghalalkan berbagai cara dalam mencari dana, seperti mencuri, menipu bahkan melacur.

Nidah Kirani kembali ke kampung halamannya, disana ia mulai menyebarkan ajaran ajaran yang ia terima di organisasi tersebut, namun ia tak mengira bahwa ia malah diusir dari keluarga dan kampung halamannya sendiri karena dituduh telah mengajarkan ajaran-ajaran yang sesat.
Suasana hatinya saai ini tak karuan, ia memperoleh banyak tekanan, dari keluarga, kampung halamannya bahkan dari kejaran aparat yang memburu organisasinya. Ia memutuskan keluar dari organisasi tersebut.

Dalam pelariannya, dalam puncak kegalauan dan kekecewaan atas apa yang ia terima, dari segala tekanan yang ia peroleh, ia mulai mempertanyakan, dimana Tuhan, mengapa Tuhan tidak pernah ada untuk Nidah, dimana Tuhan yang katanya selama ini ada, ia menyalahkan Tuhannya atas semua kejadian pahit yang menimpa dirinya.

Nidah Kirani marah dengan Tuhan, ia kini menentang Tuhan dengan cara merusak dirinya sendiri, dengan cara meninggalan sholat dan amalan-aalan yag ia lakukan dahulu, dengan narkoba, bahkan sex bebas, ia melakukan itu malah dengan laki-laki beriman yang selama ini dikira baik. Setelah menjalani sex bebas, ia menjual dirinya sebagai pelacur, sudah banyak laki-laki yang menikmatinya, mulai dari seniman, aktivis bahkan seorang ustad. Karena kejadian tersebut, seseroang yang selama ini ia anggap baik, ia anggap terhormat, justru dibelakangnya seperti itu, ia melakukan semua itu tanpa penyesalan sedikitpun.

 

Tanggapan :

Dalam novel tersebut, diangkat kisah yang benar-benar ada dan terjadi di lingkungan sekitar kampus di Yogyakarta. Konflik yang ada, dikaitkan dengan watak tokoh, dari awal sebagai seorang muslimah tetapi menjadi pelacur. Salah penafsiran dan pengertian membuat Kiran salah langkah dan tujuan. Cerita dalam novel ini dikemas, dengan membawa perasaan pembaca melalui tokoh Kiran. Tokoh kiran secara langsung maupun tidak langsung membawa emosi pembaca, bagaimana bisa. Menimbulkan pertanyaan-pertanyaan diluar nalar.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Ekspresi

Mahasiswa asal Norway Penelitian Isu Kesetaraan Gender di Mitra Wacana

Published

on

Yogyakarta — Mitra Wacana, organisasi yang konsen pada isu kesetaraan gender, menerima kunjungan akademis dari Anja Bulic, mahasiswa S1 Global Development asal University of Agder, Norwegia, pada Senin (3/1/2025). Kunjungan pukul 11.00–12.00 WIB ini merupakan bagian dari penelitian Anja tentang ketidakadilan dan kekerasan berbasis gender di Indonesia yang dilakukan dalam rangka kerja sama antara University of Agder Norwegia dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Anja diterima langsung oleh Wahyu Tanoto (Dewan Pengurus) dan Alfi Ramadhani (Koordinator Divisi Pendidikan dan Pengorganisasian Mitra Wacana).

Sebelum kunjungan, Anja telah mengirim surat permohonan penelitian dilengkapi panduan pertanyaan dan kebutuhan data. Penelitian ini tidak hanya menjadi bahan skripsinya, tetapi juga bagian dari program kolaborasi antar universitas yang memfasilitasi mahasiswa Norwegia untuk melakukan studi lapangan di Indonesia. Fokus Anja adalah menganalisis korelasi konstruksi / peran gender dengan kekerasan berbasis gender, serta dampak sosial-budaya terhadap kesetaraan.

Dalam diskusi, Anja menyoroti tiga aspek utama: gambaran peran gender di ranah domestik dan publik, hubungannya dengan kasus kekerasan berbasis gender, serta pengaruh sosial-budaya dan keberagaman masyarakat terhadap kesetaraan gender.

Wahyu Tanoto menjelaskan, ketimpangan gender di Indonesia masih dipengaruhi kuat oleh struktur patriarki. “Di ranah domestik, perempuan sering dianggap sebagai pengurus rumah tangga, sementara laki-laki diharapkan menjadi pencari nafkah. Ini memicu ketimpangan akses pendidikan dan partisipasi politik,” jelasnya. Sementara Alfi Ramadhani menambahkan, mitos-mitos dan stigma yang berkembang di masyarakat yang justru memperparah kerentanan kelompok marginal.

Anja juga menggali program Mitra Wacana dalam mendorong kesetaraan gender, seperti pelatihan kesadaran gender bagi masyarakat, pendampingan korban kekerasan, dan advokasi kebijakan inklusif. “Kami menggunakan pendekatan multisektor, mulai dari edukasi di tingkat akar rumput hingga kolaborasi dengan pemerintah,” papar Alfi.

Kunjungan ini dinilai strategis untuk memperluas perspektif global terkait isu gender. “Kerja sama dengan akademisi internasional seperti Anja membantu kami mendokumentasikan praktik terbaik dan memperkuat jejaring advokasi,” tutup Wahyu.

Penelitian Anja diharapkan tidak hanya menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga memberikan rekomendasi berbasis data untuk mengurangi kesenjangan gender di Indonesia. (ruly)

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending