web analytics
Connect with us

Opini

KEBERANIAN ADALAH DOA DARI RASA TAKUT

Published

on

Dokumentasi audiensi P3A SEJOLI kepada pemerintah desa Bondolharjo Banjarnegara

Oleh Saminah (Ketua P3A SEJOLI)

Nama saya Saminah, seorang ibu rumah tangga biasa dari keluarga yang biasa saja, bukan istri dari seorang pejabat atau perangkat desa. Sejak kedatangan MitraWacana WRC di desa saya, saya merasa mendapatkan sebuah kesadaran baru tentang banyak hal, mendidik anak, berorganisasi dan terutama tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Mitra Wacana WRC biasa menyebut kegiatan tersebut dengan istilah “sekolah”. Pada awalnya yang ikut sekolah dengan Mitra Wacana WRC sangat banyak, karena hal tersebut merupakan hal baru di desa kami. Namun, justru ketika kita mulai membentuk organisasi yang kami namakan “SEJOLI” (Serikat Bondolharjo Peduli) banyak ibu-ibu yang mulai tidak ikut atau tidak aktif dalam kegiatan Mitra Wacana WRC. Ada yang beralasan karena sibuk dengan pekerjaan, sibuk mengurus anak, tidak diperbolehkan suami, tidak punya transportasi atau kendaraan, pulangnya selalu sore dan lain-lain. Alasan-alasan tersebut yang membuat Sejoli akhirnya dari waktu ke waktu ditinggalkan oleh anggotanya. Ditambah dengan kurangnya dukungan dari pemerintah desa Bondolharjo membuat kami kesulitan dalam memajukan Sejoli.

Pada saat itu, melihat banyak teman-teman anggota Sejoli yang berguguran saya kepikiran untuk mengundurkan diri juga.Tapi setelah dipikir-pikir, “kalau saya keluar…siapa yang akan mengaktifkan Sejoli?”. Seiring dengan kebimbangan saya, pada tahun 2016 ada pendamping baru yang menurut saya mempunyai semangat untuk membuat Sejoli lebih hidup dan mulai bergerak.

Di akhir tahun 2016, Sejoli mengadakan pergantian kepengurusan. Saya terpilih menjadi ketua Sejoli periode 2017 – 2019. Saya merasa tidak pantas menjadi ketua, pertama karena saya merasa masih bodoh, saya kurang pandai berbicara dan tidak memiliki keberanian dibandingkan dengan ibu-ibu anggota Sejoli yang lain. Saya sudah menyampaikan kepada ibu-ibu yang lain bahwa saya tidak bisa menjadi seorang ketua, sebaiknya memilih yang lainnya yang lebih pintar dibandingkan saya. Namun, forum tetap memilih saya sebagai ketua dengan kekurangan saya.

Meski secara kesepakatan forum saya terpilih sebagai ketua, tapi saya merasa terbebani sebagai ketua, merasa tidak bisa menjadi ketua yang baik karena tidak bisa ngomong atau berbicara di depan umum dengan baik. Menurut saya seorang ketua harus bisa menjadi pembicara yang bagus, juru bicara organisasi, menjadi contoh bagi anggotanya dan memiliki kemampuan serta ilmu yang lebih bagus dibandingkan yang lain. Itulah beban yang saya rasakan ketika dipilih menjadi ketua Sejoli.

Seiring berjalannya waktu, lama-kelamaan saya menyadari bahwa apapun yang terjadi, “saya adalah ketua Sejoli”. Kemudian saya berusaha memunculkan keberanian untuk mengambil peran sekemampuan dan sekeberanian saya.Saya terus mencoba untuk berbicara yang bagus meski setiap kali saya berbicara saya sering belepotan cara ngomong dan pen yampaiannya tapi karena terus mendapat semangat dari pendamping, saya mencoba sekuat tenaga untuk mulai dan terus berbicara ketika mendapat tugas menjadi pembawa acara, sosialisasi ke sekolah dan sosialisasi ke dusun-dusun. Bagi saya, saat ini tidak ada langkah mundur, yang ada langkah maju meskipun perlahan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

Mitra Wacana dan LBH APIK Yogyakarta: Penguatan Jaringan Untuk Kesetaraan Gender dan HAM

Published

on

Pada Kamis, 16 Januari 2025, Mitra Wacana menerima kunjungan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK Yogyakarta. Pertemuan yang berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB ini disambut langsung oleh Ketua Dewan Pengurus Mitra Wacana, Ibu Istiatun. Sebanyak enam perwakilan dari LBH APIK hadir dalam kunjungan ini, membawa semangat untuk memperkuat jaringan kerja sama antara kedua lembaga yang memiliki visi serupa dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).

Kunjungan dimulai dengan sesi perkenalan dan presentasi dari Mitra Wacana. Wahyu Tanoto memaparkan sejarah berdirinya organisasi ini, fokus isu yang diusung, serta berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendorong kesetaraan gender di Indonesia. Presentasi ini menjadi kesempatan bagi LBH APIK untuk memahami lebih dalam tentang pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh Mitra Wacana dalam menangani berbagai isu krusial, seperti kekerasan berbasis gender, akses terhadap keadilan, dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Setelah sesi presentasi, diskusi hangat dan interaktif pun berlangsung. Kedua lembaga berbagi pengalaman tentang tantangan yang dihadapi dalam menjalankan misi masing-masing. LBH APIK, yang berfokus pada layanan bantuan hukum untuk perempuan korban kekerasan, berbagi cerita mengenai kompleksitas kasus dan berbagai tantangan yang dihadapi. Di sisi lain, Mitra Wacana membagikan strategi pemberdayaan berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya advokasi dan edukasi.

Dalam diskusi ini, kedua pihak juga menjajaki potensi kolaborasi di masa depan. Salah satu ide yang mencuat adalah kemungkinan mengadakan program bersama dalam penanganan korban. Program ini diharapkan mampu menjangkau lebih banyak perempuan, terutama di wilayah pedesaan, yang sering kali menjadi korban kekerasan namun minim akses terhadap informasi dan bantuan hukum.

LBH APIK menyampaikan harapannya agar pertemuan ini menjadi awal dari hubungan yang lebih erat antara kedua lembaga. Mereka mengapresiasi pendekatan inklusif Mitra Wacana yang berfokus pada pemberdayaan akar rumput, dan menilai hal ini sebagai pelengkap yang ideal untuk layanan hukum yang mereka berikan.

Sementara itu, Mitra Wacana menyambut baik inisiatif LBH APIK untuk menjalin kemitraan yang lebih strategis. “Kerja sama seperti ini penting untuk memperkuat dampak yang ingin kita capai. Dengan bersinergi, kita dapat menjangkau lebih banyak perempuan yang membutuhkan dukungan,” ujar Ibu Istiatun.

Kunjungan ini menjadi langkah awal yang menjanjikan untuk menciptakan kolaborasi yang lebih solid antara Mitra Wacana dan LBH APIK Yogyakarta. Dengan menggabungkan keahlian dan pengalaman masing-masing, kedua lembaga berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan HAM di Indonesia.

Continue Reading

Trending