Uncategorized @id
Pernah ada Korban Trafficking di Nomporejo Kulonprogo
Published
7 years agoon
By
Mitra WacanaBertempat di rumah Sri Puji Astuti P3A (Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak) Putri Pertiwi Desa Nomporejo, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo mengadakan pertemuan rutin bersama Mitra Wacana WRC pada Selasa (16/1/18). Dalam pertemuan ini tersebut juga dihadiri oleh Andreas dan Rina, keduanya dari Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) atau Society for Health, Education, Environment and Peace merupakan Organisasi Non Pemerintah yang memiliki mandat pemberdayaan masyarakat di bidang Kesehatan, Pendidikan, Kelestarian Lingkungan Hidup dan Perdamaian yang beralamat di Yogyakarta.
Hadirnya perwakilan dari yayasan Sheep dalam pertemuan rutin P3A Putri Pertiwi untuk berdiskusi dan melakukan monitoring terhadap P3A Putri Pertiwi. Beberapa hal yang dibicaran dalam pertemuan ini yakni, sejarah berdirinya P3A, tujuan, keberadaan anggota serta apa saja yang sudah dilakukan oleh P3A selama berjuang bersama mencegah terjadinya perdagangan orang dengan lembaga pendamping, Mitra Wacana WRC.
Salah satu anggota P3A, Mugi Rahayu memaparkan materi tentang “Mengatasi Infeksi Jamur Vagina dengan sembilan Cara Mudah”. Dalam pemaparannya, Mugi menyampaikan informasi mengenai apa itu jamur vagina, gejala dan infeksi, bahaya, penyebab terjadinya serta bagaimana mencegah agar tidak terhindar dari jamur vagina.
Selain berbagi pengalaman dan mendiskusikan masalah yang sedang terjadi di sekitar lingkungan desa, para anggota P3A namun juga mendapatkan pelatihan ketrampilan seperti memasak, menyulam, membatik dari para pendamping.
Pertemuan ini dimulai 10.00 hingga 12.00 WIB dengan diawali menyanyikan lagu Mars P3A Putri Pertiwi, setelah itu dilanjutkan sambutan oleh Ketua P3A Putri Pertiwi, Sukini. Dalam sambutannnya ia menyampaikan bahwa pada masa lalu, di daerah Nomporejo ada beberapa warga yang menjadi korban trafficking. “ Hadirnya P3A semoga dapat mencegah terjadinya korban, ungkap Sukini.
P3A Putri Pertiwi merupakan organisasi bagi perempuan, tak terkecuali termasuk para mantan buruh migran yang pernah merantau di luar negeri. Hadirnya P3A dimaksudkan sebagai tempat berbagi pengalaman dan pengetahuan, dengan harapan mampu memajukan perempuan di Nomporejo. (Astr/Tnt)
You may like
Opini
KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN
Published
3 years agoon
18 October 2021By
Mitra WacanaDi era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.
(Suharko, 1998) bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk. Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin. Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan.
Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .
Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan
Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus. Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan.
Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat. Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.